Ini cerita menarik, bagi siapapun yang ingin menempuh jalur menjadi petani. Wabil khusus pada mereka yang tidak punya background petani dan ingin hijrah menjadi petani. Dan lebih khusus lagi bagi yang selama ini kerja kantoran dan ingin pensiun jadi petani.
Menjadi petani di Indonesia tidak terlalu mudah, pertama masalah lahan, kedua masalah apa yanh mau ditanam dan ketiga masalah ketergantungan pupuk.
Kalau anda ingin bertani, tentu akan mencari buku budidaya yang berhubungan dengan jenis tanaman yang ditanam. Mau buah, sayur atau pohon penghasil kayu. Jamak dilampirkan pada bagian belakang analisa usaha dan berpa untung yang didapatkannya.
Setelah itu biasanya akan melihat lahan dan seperti apa tenaga dan lingkungan sekitar lahan. Ada lahan yang aman, ada juga yang baru tanam dirusak tangan jail. Ada banyak cerita disini.
Saya masuk dalam yang krusial yaitu masalah pertanahan. Rupanya banyak lahan yang saat ini rusak berat akibat bombardir pupuk kimia dalam jangka panjang. Tanahnya asam. Hampir semua petani sudah teracuni dengan pupuk kimia, baik untuk membantu penyuburan, pembasmian hama dan jamur.
Maka sebenarnya, sayur dan buah yang sering kita makan, bisa jadi tercampur dengan pestisida dan herbisida. Sangat jarang ditemui petani tanpa pupuk sintetis. Hampir semua buku mengajarkan itu. Tak bisa bertani tanpa pupuk dan obat sintetis.
***
Melihat kenyataan itu, tergelitik apa memang sejauh itu ketergantungan kita akan bahan kimia dalam pertanian kita.
Rasa penasaran itu mengantarkan untuk belajar lebih jauh bertani dengan cara yang lebih ramah.
Berkenalanlah dengan buku legendari al filaha karya ibnu awwam yang merupakan kitab pertanian di abad pertengahan yang menyuburkan tanah andalusia.
Mengenal pula berkebun Al-Quran dari proyek rintisan yang dimotori oleh pak Muhaimin Iqbal. Mengenal pula para relawan tani yang mencoba mencari jalan keluar para petani ini.
Mendalami juga, ternyata buah dan sayur yang tersebut dalam al Quran memiliki khasiat menyehatkan tubuh.
Belajar pula bahwa budidaya kambing dan domba itu adalah ternak yang penuh berkah. Karena para Nabi menjadi penggembala sebelum menyampaikan misi kenabian.
Mengenal pula konsep Jadam pertanian organik yang dikembangkan di Korea. Yang ternyata pertanian organik bisa dikelola swadaya dengan sangat murah.
Dan ternyata bertani ini penuh berkah, karena hasilnya yang dimakan orang, burung dan binatang akan menjadi sedekah.
Jika ketemu alasan-alasan bertani salah satu ibadah untuk memakmurkan dan menyuburkan bumi, selayaknya profesi ini bisa jadi next profesi bagi kaum kantoran.
Bagaimana memulainya, tak terlalu sulit, bisa dimulai dari teras rumah kita. Bukankah yang besar itu berawal dari kecil...